Gegara Terlambat, Guru Usir Siswi Pulang Tak Izinkan Untuk Belajar di Sekolah
Batu Bara-Sdictv.id| Seorang siswi di Batu Bara, Sumatera Utara, terpaksa pulang ke rumah setelah diusir oleh gurunya sebagai hukuman atas keterlambatannya hadir di sekolah. Peristiwa ini terjadi pada Kamis, 13 November 2025, di Yayasan Pajar Abdul Rahman SMP IT Khairunnas, yang terletak di Desa 4 Negeri, Kecamatan Datuk Lima Puluh, Batu Bara.
Menurut keterangan, para wali murid mengaku belum pernah menerima pemberitahuan resmi, baik secara lisan maupun tulisan, terkait kebijakan atau peraturan baru di sekolah mengenai keterlambatan. Kejadian bermula ketika Icha Setiandara, siswi kelas VIII, terlambat datang ke sekolah sekitar pukul 07.45 WIB. Setibanya di depan kelas, Icha langsung diminta untuk pulang oleh guru yang bersangkutan, Bunda Shely, dan tidak diizinkan mengikuti pelajaran.
“Eh pulang kau, uda jam 8 baru datang,” ujar Icha menirukan ucapan gurunya saat kejadian tersebut.
Merasa sangat kecewa dan terkejut, orang tua Icha, Ramayana, menyatakan bahwa hukuman tersebut terlalu berat bagi anaknya yang baru terlambat beberapa menit. "Kami tahu anak kami bersalah karena terlambat hadir, tapi kenapa harus diusir pulang? Bukankah ada hukuman disiplin lain yang lebih baik?" ujar Rama. Ia juga menambahkan bahwa anaknya merasa sangat malu dan terganggu secara mental setelah kejadian tersebut. Rama bahkan berencana melaporkan insiden ini ke Polres Batu Bara agar diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
Sebelumnya, lanjut Rama, anaknya pernah mendapatkan hukuman berupa penahanan handphone karena bermain ponsel saat pelajaran. Namun, Rama mengaku bisa menerima hukuman tersebut karena dianggap wajar sebagai bentuk pembinaan.
Menanggapi kejadian ini, Bunda Shely selaku guru yang mengusir Icha mengakui bahwa dirinya memang mengusir siswi tersebut karena terlambat hadir dan menyatakan bahwa peraturan ini sudah diberlakukan di sekolah sejak dua minggu terakhir. “Sudah ada perjanjian dengan anak-anak bahwa siapa yang datang setelah jam setengah delapan akan dipulangkan. Kebijakan ini juga sudah diketahui oleh kepala sekolah dan kepala yayasan,” ujar Shely.
Namun, tak lama setelah itu, seorang guru bercadar hitam bernama Uci tiba-tiba datang dan mempertanyakan mengapa insiden ini perlu dipublikasikan. Dengan nada keras, ia menegur media yang sedang meliput kejadian tersebut. "Kenapa harus selalu diviralkan? Apa harus seperti ini yang diviralkan?" katanya, seakan keberatan dengan pemberitaan ini.
Akibat kejadian tersebut, Icha memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya di SMP IT Khairunnas, merasa tidak nyaman dengan situasi yang terjadi di sekolah tersebut.
Orang tua Icha berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi, tidak hanya untuk anaknya, tetapi juga untuk siswa lainnya di sekolah tersebut. Mereka berharap agar pihak sekolah dapat lebih bijaksana dalam menangani masalah disiplin siswa dan tidak memberikan hukuman yang bisa berakibat buruk bagi perkembangan mental dan psikologis anak.
(Red)

Social Footer